Minggu, 29 Maret 2015

makalah KEMULIAAN AL-QUR’AN



KEMULIAAN AL-QUR’AN

A.  Adab Membawa Al-Qur’an
         Al-fadhlu (keutamaan) Al Qur’an sama seperti kitab yang lainnya. Ia adalah firman Allah yang wajib dijaga. Membaca, menghafal, dan mengamalkannya bernilai pahala. Meskipun tidak ada anjuran langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang adab membawa mushaf, karena Al Qur’an mulai dibukukan pada masa setelah wafatnya beliau, namun kita wajib menghormati mushaf karena ia adalah kalamullah. Dan menghormati kalamullah merupakan bagian dari kesempurnaan iman.
         Sudah seharusnya kita memperlakukan mushaf dengan cara yang baik, karena itu merupakan pengagungan terhadap Allah ‘Azza wa Jalla. Diantaranya, membawa dengan tangan kanan, dibawa dan didekap di dada, tidak membawanya masuk ke dalam WC, tidak menaruhnya di bawah lantai, boleh ditaruh di dalam tas namun ketika kita duduk di kursi, tas jangan ditaruh di lantai sehingga berada di bawah kita.
B.  Adab Membaca Al-Qur’an
1.   Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang.
2.   Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:“Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR: Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)
3.   Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang shalih, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS: Al-Isra’: 109). Namun demikian tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang dibuat-buat.
4.   Membaguskan suara ketika membacanya.
Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR: Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, yang artinya: “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR: Bukhari dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya.
5.   Membaca Al-Qur’an dimulai dengan isti’adzah.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan bila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS: An-Nahl: 98)
6.   Membaca Al-Qur’an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyu’.
Rosululloh shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda, yang artinya: “Ingatlah bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Al-Qur’an).” (HR: Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqi dan Hakim).

C.  Keutamaan Membaca Al-Qur’an

1.    Membaca Al Quran adalah perdagangan yang tidak pernah merugi

a.        Satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan.
 “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)
b.       Kebaikan akan menghapuskan kesalahan.  
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud: 114)
c.        Setiap kali bertambah kuantitas bacaan, bertambah pula ganjaran pahala dari Allah.
 “Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468).
d.       Bacaan Al Quran akan bertambah agung dan mulia jika terjadi di dalam shalat.
 “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maukah salah seorang dari kalian jika dia kembali ke rumahnya mendapati di dalamnya 3 onta yang hamil, gemuk serta besar?” Kami (para shahabat) menjawab: “Iya”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Salah seorang dari kalian membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada mendapatkan tiga onta yang hamil, gemuk dan besar.” (HR. Muslim).

2. Membaca Al Quran bagaimanapun akan mendatangkan kebaikan

 “Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.  bersabda: “Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).

3. Membaca Al Quran akan mendatangkan syafa’at

Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).

4. Salah satu ibadah paling agung adalah membaca Al Quran

Khabbab bin Al Arat radhiyallahu ‘anhu berkata: “Beribadah kepada Allah semampumu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan pernah beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibandingkan (membaca) firman-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).
D.  Sikap Sahabat Terhadap Al-Qur’an
1.   Mereka menempatkan ayat-ayat Al-Qur’an seakan ditujukan kepada dirinya sendiri, saat Al-Qur’an memerintahkan sesuatu (sholat, zakat puasa dsb), maka mereka menganggap perintah itu ditujukan untuk dirinya, bukan untuk orang lain. Demikian pula saat Al-Qur’an melarang sesuatu, maka larangan tersebut seakan-akan ditujukan kepada dirinya sendiri.
2.   Saat berinteraksi dengan Al-Qur’an, mereka meninggalkan ego dan semua atribut keduniawian yang dimiliki. Tidak ada khalifah, saudagar kaya, pemikir, panglima perang, semuanya hamba dhaif dihadapan kalam-kalam Ilahi.
3.   Mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an dalam bingkai hidayah Allah, artinya saat berinteraksi mereka tidak lepas dari pemahaman untuk tujuan apa Al-Qur’an diturunkan. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sebagai penerang dan petunjuk (Hudan) bagi orang yang bertaqwa. Inilah fungsi utama. Karena memahami Al-Qur’an sebagai penerang dan petunjuk, maka mereka berlomba-lomba membaca, menelaah, memahami lalu mengamalkannya. Mereka yakin hanya dengan Al-Qur’an lah kebahagiaan di dunia dan di akhirat akan mereka gapai. Karena itu mereka tidak pernah berbuat kecualio perbuatan tersebut selaras dengan  Al-Qur’an.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar