Minggu, 29 Maret 2015

Karakteristik al-Qur'an



KARAKTERISTIK AL-QUR’AN

A.  Kalamullah Lafadz dan Makna
           
           Di tinjau dengan seksama pendapat ulama-ulama yang terdahulu, maka terdapatlah kesatuan pendapat yang umum, yaitu bahwa al-Qur’an itu bukanlah semata-mata pada maknanya saja, melainkan mencakupi lafaz dan makna. Sebab itu makanya terdapat beberapa ayat di dalam al-Qur’an yang dengan tegas menyatakan sifat al-Qur’an itu, yaitu Arabi. Ayat ketiga dari Surat 14, dengan tegas menyebut Qur’anan ‘Arabiyan, artinya al-Qur’an yang berbahasa Arab. Sebab itu tidak ada al-Qur”an lain dengan bahasa lain, yang al-Qur’an adalah yang bahasa Arab itu. Kalau dia telah diterjemahkan ke dalam bahasa selain Arab, namanya bukan al-Qur’an lagi, melainkan terjemahan al-Quran.

B.   Mudah Dibaca, Dipahami dan Diamalkan
           Sesuai dengan fungsi Al-Qur’an yang salah satunya sebagai pedoman hidup pada semua bidang kehidupan, Al-Qur’an harus berisi beragam materi dan informasi sesuai dengan beragam disiplin ilmu. Dan kita tahu bahasa dan istilah yang digunakan di setiap disiplin ilmu pasti berbeda-beda. Dan sangat boleh jadi seorang yang ahli di dalam sebuah disiplin ilmu akan menjadi sangat awam bila mendengar istilah-istilah yang ada di dalam disiplin ilmu lainnya.
           Dan kalau beragam petunjuk yang mencakup beragama disiplin ilmu itu harus disatukan dalam sebuah kitab yang simpel, harus ada sebuah bahasa yang mudah, sederhana tapi tetap mengandung banyak informasi penting di dalamnya. Bahasa itu adalah bahasa Arab. Karena bahasa Arab mampu mengungkapkan beragam informasi dari beragam disiplin ilmu, namun tetap cair dan mudah dimengerti. Dan saking mudahnya, bahkan bisa dihafalkan di luar kepala.
           Salah satu karakteristik bahasa Arab adalah mudah untuk dihafalkan, bahkan penduduk gurun pasir yang tidak bisa baca tulis pun mampu menghafal jutaan bait syair. Dan karena mereka terbiasa menghafal apa saja di luar kepala, sampai-sampai mereka tidak terlalu butuh lagi dengan alat tulis atau dokumentasi. Kisah cerita yang tebalnya berjilid-jilid buku, bisa digubah oleh orang arab menjadi jutaan bait puisi dalam bahasa arab dan dihafal luar kepala dengan mudah. Barangkali fenomena ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tulis menulis kurang berkembang di kalangan bangsa arab saat itu. Buat apa menulis, kalau semua informasi bisa direkam di dalam otaknya? Maka sangat wajar kalau Alloh SWT menjadikan bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur’an.
C.  Mutawattir
            Secara bahasa, mutawatir bermakna banyak, terkenal atau umum. Istilah mutawatir biasanya digunakan dalam konteks periwayatan. Tidak heran kalau istilah ini paling sering digunakan oleh ulama Hadis, khususnya ketika bicara mengenai Hadis Mutawatir.          Al-Quran disampaikan kepada kita semua melalui riwayat mutawatir.
Pada dasarnya semua redaksi lafadz Al-Qur’an diriwayatkan oleh banyak sekali orang yang tidak mungkin semuanya sepakat berbohong.
Demikian pula, cara membaca Al-Quran diriwayatkan oleh banyak sekaliorang yang tidak mungkin semua sepakat berbohong.
D.  Syumul (Universal)
           Berbeda dengan kitab suci agama sebelum Islam yang diperuntukkan khusus kepada kalangan terbatas, Al-Qur’an diperuntukkan untuk seluruh manusia. Maka bahasa yang digunakan Al-Qur’an haruslah bahasa yang punya posisi strategis bagi semua bangsa manusia. Dan bahasa itu adalah bahasa arab dengan sekian banyak alasannya. Di antaranya:
1.     Bahasa arab adalah bahasa tertua di dunia.
          Sebagian ahli sejarah bahasa mengatakan bahwa Nabi Adam as dan istrinya Hawwa adalah manusia yang pertama kali menggunakan bahasa Arab. Sebab mereka diciptakan di dalam surga, dimana ada dalil yang menyebutkan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa arab. Ketika Adam as menjejakkan kaki pertama kali di permukaan planet bumi, maka bahasa yang dilafadzkannya tentu bahasa arab. Kalau kemudian anak-anak Adam berkembang biak dan melahirkan jutaan bahasa yang beragam di muka bumi, semua berasal dari bahasa arab. Jadi bahasa arab memang induk dari semua bahasa yang dikenal umat manusia. Wajar pula bila Al-Qur’an yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia menggunakan bahasa yang menjadi induk semua bahasa umat manusia.
2.   Bahasa Arab Paling Banyak Memiliki Kosa Kata.
            Sebagai induk dari semua bahasa di dunia dan tetap digunakan umat manusia hingga hari ini, wajar pula bila bahasa Arab memiliki kosa kata dan perbendaharaan yang sangat luas dan banyak. Bahkan para ahli bahasa Arab menuturkan bahwa bahasa Arab memiliki sinonim yang paling menakjubkan. Kata unta yang dalam bahasa Indonesia hanya ada satu padanannya, ternyata punya 800 padanan kata dalam bahasa arab, yang semuanya mengacu kepada satu hewan unta. Sedangkan kata ‘anjing’ memiliki 100-an padanan kata.
E.   Terjaga Keautentikannya
         Al-qur’aniul karim merupakan kitab suci yang keautentikannya dijamin oleh Allah, dan ia merupakan kitab yang senantiasa dipelihara hingga hari kiamat.
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
“SesungguhnyaKami yang menurunkan Al-Qur’an dan Kamilah yang memeliharanya.” (Al-Hijr:9).
         Demikianlah Allah menjamin keautentikan Al-Qur’an, jaminan yang diberikan atas dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi saw.[1]

F.   I’jaz
         Secara etimologi, i’jaz berasal dari kata a’jaza yu’jizu i’jazan (kata kerja transitif) yang artinya melemahkan, memperlemah, atau menetapkan kelemahan.
   Dari sisi terminologi, i’jaz didefinisikan oleh Manna Khalil al-Qaththan dan Ali al-Shabuny dalam tulisan Usman. Manna Khalil al-Qaththan mendefiniskan i’jaz sebagai “menampakan kebenaran Nabi saw.-dalam pengakuan orang lain-sebagai seorang rasul utusan Allah swt. dengan menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu al-Quran dan kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.” Sementara Ali al-Shabuny mengartikan i’jaz sebagai “menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok atau bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya…”
         Jadi I’jaj ini upaya untuk menegaskan kebenaran seorang nabi dan pada saat yang sama ia juga menegaskan kelemahan manusia yang meragukan dan mengingkari kenabian. Wajar dalam konsep i’jaz ini kalau konsepsi kenabian diklaim sebagai kebenaran yang tidak bisa dibantah, apalagi dikalahkan.
     Syeikh Muhammad Ali al-Shabuniy dalam tulisan Usman menyebutkan segi-segi kemukjizatan al-Quran, yaitu:
1.        Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang dimiliki oleh orang-orang Arab
2.        Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa yang dimiliki oleh bangsa  Arab
3.        Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua makhluk termasuk jenis manusia
4.        Kesempurnaan syariat yang dibawanya yang mengungguli semua syariat dan aturan-aturan lainnya
5.      Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatologis yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-Quran itu sendiri
6.      Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya dengan kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan
7.     Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran
8.      Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat  dan ilmu pengetahaun alam (tentang jagat raya).
9.      Dapat memenuhi kebutuhan manusia
10.   Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para pengikut dan musuh-musuhnya
11.   Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan. 
Al-Mawardi dalam tulisan Hasbi ash-Shiddiqie menerangkan dua puluh hal yang menunjukan kemukjizatan al-Quran, yaitu:
1.         Kefashahan al-Quran dan cara penjelasannya
2.         Keringkasan lapad al-Quran, tapi sempurna maknanya
3.         Nazham uslub-nya yang unik. Ia tidak termasuk ke dalam kalam yang ber-nadzam, tidak termasuk ke dalam syi’ar atau rajaz, tidak bersajak dan bukan pula bersifat khatbah.
4.         Banyak makna-maknanya yang tidak dapat dikumpulkan oleh oleh pembicaraan manusia.
5.         Al-Quran mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak dapat diliputi oleh manusia dan tidak dapat berkumpul pada seseorang.
6.         Al-Quran mengandung berbagai hujjah dan keterangan untuk menetapkan ketauhidan dan menolak i’tiqad-i’tiqad yang salah
7.         Al-Quran mengandung khabar-khabar orang yang telah lalu dan umat-umat purbakala.
8.         Al-Quran mengandung khabar-khabar yang belum terjadi, kemudian terjadi persis sebagaimana yang dikhabarkan.
9.         Al-Quran menerangkan isi-isi hati yang tidak dapat diketahui melainkan oleh Allah sendiri.
10.     Lafad-lafad al-Quran melengkapi jazal mustarghab dan sahl al-mustaqrab. Dalam pada itu, tidak dipandang sukar jazal-nya dan tidak dipandang mudah sahl-nya.
11.     Pembacaan al-Quran mempunyai khushusiyah dengan kelima penggerak yang tidak didapatkan pada selainnya. Pertama, kelembutan tempat keluarnya. Kedua, keindahan dan kecantikannya. Ketiga, mudah dibaca nadzam-nya dan saling berkaitan satu sama lain.Keempat, enak didengar, dan kelima, pembacanya tidak jemu membacanya dan pendengarnya pun tidak bosan mendengarnya.
12.     Al-Quran dinukilkan dengan lafad-lafad yang diturunkan. Jibril menyampaikannya dengan lafad dan nazham-nya. Rasul pun meneruskan kepada umat persis sebagaimana yang diterima dari Jibril.
13.     Terdapat makna-makna yang berlainan di dalam sesuatu. Yakni di dalam sesuatu surat itu kita mendapatkan berbagai rupa masalah. Kemudian masalah-masalah itu kita temukan di dalam surat-surat lain
14.     Perbedaan ayat-ayatnya, ada yang panjang dan ada yang pendek, tidak mengeluarkan al-Quran dari uslub-nya.
15.     Walaupun kita sering sekali membacanya, namun kita tidak dapat mencapai kepashahannya, karena al-Quran itu di luar tabi’at manusia.
16.     Al-Quran mudah dihapal oleh segala lidah.
17.     Al-Quran itu lebih tinggi dari segala martabat pembicaraan. Martabat pembicaraan terbagi tiga:
a.     Mantsur yang dapat dibuat oleh segenap manusia.
b.    Syi’ir yang hanya dapat disusun oleh sebagian manusia
c.    Al-Quran melampaui kedua martabat itu. Martabatnya tidak sanggup dicapai oleh   golongan a dan b.
18.     Tambahan yang disisipkan atau pengubahan lafad-lafadnya dapat diketahui.
19.     Tidak ada umat yang sanggup menentang al-Quran.
20.     Allah memalingkan manusia dari menentangnya.




[1] Drs. Abu Anwar. Ulumul Qur’an, Sebuah Pengantar. Amzah, 2012. Hlm.88.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar