KARAKTERISTIK AL-QUR’AN
A.
Kalamullah Lafadz dan Makna
Di tinjau dengan seksama pendapat
ulama-ulama yang terdahulu, maka terdapatlah kesatuan pendapat yang umum, yaitu
bahwa al-Qur’an itu bukanlah semata-mata pada maknanya saja, melainkan
mencakupi lafaz dan makna. Sebab itu makanya terdapat beberapa ayat di dalam
al-Qur’an yang dengan tegas menyatakan sifat al-Qur’an itu, yaitu Arabi.
Ayat ketiga dari Surat 14, dengan tegas menyebut Qur’anan ‘Arabiyan,
artinya al-Qur’an yang berbahasa Arab. Sebab itu tidak ada al-Qur”an lain
dengan bahasa lain, yang al-Qur’an adalah yang bahasa Arab itu. Kalau dia telah
diterjemahkan ke dalam bahasa selain Arab, namanya bukan al-Qur’an lagi,
melainkan terjemahan al-Quran.
B.
Mudah Dibaca, Dipahami dan Diamalkan
Sesuai dengan fungsi Al-Qur’an yang salah satunya sebagai pedoman
hidup pada semua bidang kehidupan, Al-Qur’an harus berisi
beragam materi dan informasi sesuai dengan beragam disiplin ilmu. Dan kita tahu
bahasa dan istilah yang digunakan di setiap disiplin ilmu pasti berbeda-beda.
Dan sangat boleh jadi seorang yang ahli di dalam sebuah disiplin ilmu akan
menjadi sangat awam bila mendengar istilah-istilah yang ada di dalam disiplin
ilmu lainnya.
Dan kalau beragam petunjuk
yang mencakup beragama disiplin ilmu itu harus disatukan dalam sebuah kitab
yang simpel, harus ada sebuah bahasa yang mudah, sederhana tapi tetap
mengandung banyak informasi penting di dalamnya. Bahasa itu adalah bahasa Arab.
Karena bahasa Arab mampu
mengungkapkan beragam informasi dari beragam disiplin ilmu, namun tetap cair
dan mudah dimengerti. Dan saking mudahnya, bahkan bisa
dihafalkan di luar kepala.
Salah satu
karakteristik bahasa
Arab adalah mudah untuk dihafalkan, bahkan penduduk gurun pasir
yang tidak bisa baca tulis pun mampu menghafal jutaan bait syair. Dan karena
mereka terbiasa menghafal apa saja di luar kepala, sampai-sampai mereka tidak
terlalu butuh lagi dengan alat tulis atau dokumentasi. Kisah cerita yang
tebalnya berjilid-jilid buku, bisa digubah oleh orang arab menjadi jutaan bait
puisi dalam bahasa arab dan dihafal luar kepala dengan mudah. Barangkali
fenomena ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tulis menulis kurang
berkembang di kalangan bangsa arab saat itu. Buat apa menulis, kalau semua
informasi bisa direkam di dalam otaknya? Maka sangat wajar kalau Alloh SWT
menjadikan bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur’an.
C.
Mutawattir
Secara
bahasa, mutawatir bermakna banyak, terkenal atau umum. Istilah mutawatir
biasanya digunakan dalam konteks periwayatan. Tidak heran kalau istilah ini
paling sering digunakan oleh ulama Hadis, khususnya ketika bicara mengenai
Hadis Mutawatir. Al-Quran disampaikan kepada kita semua melalui riwayat
mutawatir.
Pada dasarnya semua redaksi lafadz Al-Qur’an diriwayatkan oleh banyak sekali orang yang tidak mungkin semuanya sepakat berbohong.
Demikian pula, cara membaca Al-Quran diriwayatkan oleh banyak sekaliorang yang tidak mungkin semua sepakat berbohong.
Pada dasarnya semua redaksi lafadz Al-Qur’an diriwayatkan oleh banyak sekali orang yang tidak mungkin semuanya sepakat berbohong.
Demikian pula, cara membaca Al-Quran diriwayatkan oleh banyak sekaliorang yang tidak mungkin semua sepakat berbohong.
D.
Syumul (Universal)
Berbeda dengan kitab suci agama sebelum Islam yang diperuntukkan khusus kepada kalangan terbatas,
Al-Qur’an diperuntukkan untuk seluruh manusia. Maka bahasa yang digunakan
Al-Qur’an haruslah bahasa yang punya posisi strategis bagi semua bangsa
manusia. Dan bahasa itu adalah bahasa arab dengan sekian banyak alasannya. Di
antaranya:
1.
Bahasa arab adalah bahasa tertua di dunia.
Sebagian
ahli sejarah bahasa mengatakan bahwa Nabi Adam as dan istrinya
Hawwa adalah manusia yang pertama kali menggunakan bahasa Arab.
Sebab mereka diciptakan di dalam surga, dimana ada dalil yang menyebutkan bahwa
bahasa penduduk surga adalah bahasa arab. Ketika Adam as menjejakkan kaki
pertama kali di permukaan planet bumi, maka bahasa yang dilafadzkannya tentu
bahasa arab. Kalau kemudian anak-anak Adam berkembang biak dan melahirkan
jutaan bahasa yang beragam di muka bumi, semua berasal dari bahasa arab. Jadi
bahasa arab memang induk dari semua bahasa yang dikenal umat manusia. Wajar
pula bila Al-Qur’an yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia menggunakan
bahasa yang menjadi induk semua bahasa umat manusia.
2.
Bahasa Arab Paling Banyak Memiliki Kosa Kata.
Sebagai
induk dari semua bahasa di dunia dan tetap digunakan umat manusia hingga hari
ini, wajar pula bila bahasa Arab memiliki kosa kata dan perbendaharaan yang
sangat luas dan banyak. Bahkan para ahli bahasa Arab menuturkan bahwa bahasa Arab memiliki sinonim yang paling menakjubkan.
Kata unta yang dalam bahasa Indonesia hanya ada satu padanannya, ternyata punya
800 padanan kata dalam bahasa arab, yang semuanya mengacu kepada satu hewan
unta. Sedangkan kata ‘anjing’ memiliki 100-an padanan kata.
E.
Terjaga Keautentikannya
Al-qur’aniul karim
merupakan kitab suci yang keautentikannya dijamin oleh Allah, dan ia merupakan
kitab yang senantiasa dipelihara hingga hari kiamat.
$¯RÎ) ß`øtwU
$uZø9¨tR
tø.Ïe%!$#
$¯RÎ)ur
¼çms9
tbqÝàÏÿ»ptm:
ÇÒÈ
“SesungguhnyaKami yang menurunkan Al-Qur’an
dan Kamilah yang memeliharanya.” (Al-Hijr:9).
Demikianlah Allah
menjamin keautentikan Al-Qur’an, jaminan yang diberikan atas dasar kemahakuasaan
dan kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh
makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap
muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Qur’an tidak
berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang
didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi saw.[1]
F.
I’jaz
Secara
etimologi, i’jaz berasal dari kata a’jaza yu’jizu i’jazan
(kata kerja transitif) yang artinya melemahkan, memperlemah, atau menetapkan
kelemahan.
Dari
sisi terminologi, i’jaz didefinisikan oleh Manna Khalil al-Qaththan
dan Ali al-Shabuny dalam tulisan Usman. Manna Khalil al-Qaththan mendefiniskan
i’jaz sebagai “menampakan kebenaran Nabi saw.-dalam pengakuan orang
lain-sebagai seorang rasul utusan Allah swt. dengan menampakkan kelemahan
orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu
al-Quran dan kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.”
Sementara Ali al-Shabuny mengartikan i’jaz sebagai “menetapkan
kelemahan manusia baik secara kelompok atau bersama-sama untuk menandingi hal
yang serupa dengannya…”
Jadi I’jaj ini upaya untuk menegaskan
kebenaran seorang nabi dan pada saat yang sama ia juga menegaskan kelemahan
manusia yang meragukan dan mengingkari kenabian. Wajar dalam konsep i’jaz ini
kalau konsepsi kenabian diklaim sebagai kebenaran yang tidak bisa dibantah,
apalagi dikalahkan.
Syeikh Muhammad Ali al-Shabuniy dalam
tulisan Usman menyebutkan segi-segi kemukjizatan al-Quran, yaitu:
1. Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang
dimiliki oleh orang-orang Arab
2. Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa
yang dimiliki oleh bangsa Arab
3. Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh
semua makhluk termasuk jenis manusia
4. Kesempurnaan syariat yang dibawanya yang mengungguli semua syariat dan aturan-aturan
lainnya
5. Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatologis yang tidak mungkin
dapat dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-Quran
itu sendiri
6. Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya dengan
kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan
7. Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran
8. Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat dan
ilmu pengetahaun alam (tentang jagat raya).
9. Dapat memenuhi kebutuhan manusia
10. Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para pengikut dan musuh-musuhnya
11. Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan
kerancuan.
Al-Mawardi dalam tulisan Hasbi
ash-Shiddiqie menerangkan dua puluh hal yang menunjukan kemukjizatan al-Quran, yaitu:
1.
Kefashahan al-Quran dan cara penjelasannya
2.
Keringkasan lapad al-Quran, tapi sempurna maknanya
3.
Nazham uslub-nya yang unik. Ia
tidak termasuk ke dalam kalam yang ber-nadzam, tidak
termasuk ke dalam syi’ar atau rajaz, tidak
bersajak dan bukan pula bersifat khatbah.
4.
Banyak makna-maknanya yang tidak dapat dikumpulkan oleh oleh pembicaraan
manusia.
5.
Al-Quran mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak dapat diliputi oleh manusia dan
tidak dapat berkumpul pada seseorang.
6.
Al-Quran mengandung berbagai hujjah dan keterangan untuk
menetapkan ketauhidan dan menolak i’tiqad-i’tiqad yang salah
7.
Al-Quran mengandung khabar-khabar orang yang telah lalu
dan umat-umat purbakala.
8.
Al-Quran mengandung khabar-khabar yang belum terjadi,
kemudian terjadi persis sebagaimana yang dikhabarkan.
9.
Al-Quran menerangkan isi-isi hati yang tidak dapat diketahui melainkan oleh
Allah sendiri.
10. Lafad-lafad al-Quran
melengkapi jazal mustarghab dan sahl al-mustaqrab.
Dalam pada itu, tidak dipandang sukar jazal-nya dan tidak dipandang
mudah sahl-nya.
11. Pembacaan al-Quran
mempunyai khushusiyah dengan kelima penggerak yang tidak
didapatkan pada selainnya. Pertama, kelembutan tempat keluarnya. Kedua,
keindahan dan kecantikannya. Ketiga, mudah dibaca nadzam-nya dan
saling berkaitan satu sama lain.Keempat, enak didengar, dan kelima, pembacanya
tidak jemu membacanya dan pendengarnya pun tidak bosan mendengarnya.
12. Al-Quran dinukilkan
dengan lafad-lafad yang diturunkan. Jibril menyampaikannya dengan lafad
dan nazham-nya. Rasul pun meneruskan kepada umat persis sebagaimana
yang diterima dari Jibril.
13. Terdapat makna-makna
yang berlainan di dalam sesuatu. Yakni di dalam sesuatu surat itu kita
mendapatkan berbagai rupa masalah. Kemudian masalah-masalah itu kita temukan di
dalam surat-surat lain
14. Perbedaan
ayat-ayatnya, ada yang panjang dan ada yang pendek, tidak mengeluarkan al-Quran
dari uslub-nya.
15. Walaupun kita sering
sekali membacanya, namun kita tidak dapat mencapai kepashahannya, karena
al-Quran itu di luar tabi’at manusia.
16. Al-Quran mudah dihapal
oleh segala lidah.
17. Al-Quran itu lebih
tinggi dari segala martabat pembicaraan. Martabat pembicaraan terbagi tiga:
a. Mantsur yang dapat dibuat oleh segenap manusia.
b. Syi’ir yang hanya dapat disusun oleh sebagian manusia
c. Al-Quran melampaui kedua martabat itu. Martabatnya tidak sanggup dicapai
oleh golongan a dan b.
18.
Tambahan yang disisipkan atau pengubahan
lafad-lafadnya dapat diketahui.
19.
Tidak ada umat yang sanggup menentang al-Quran.
20.
Allah memalingkan manusia dari menentangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar