AMTSAL AL-QUR’AN
Amtsal, jama’ dari matsal. Matsal,
mitsl dan matsil, sama dengan syabah, syibh syabih (semakna).
Matsal dimaknakan dengan keadaan, kisah
dan sifat yang menarik perhatian, menakjubkan,[1]
seperti firman Allah swt:
*
ã@sW¨B
Ïp¨Yyfø9$#
ÓÉL©9$#
yÏããr
tbqà)GßJø9$#
(
“Yakni
kisah surga dan sifatnya yang menakjubkan yang dijanjikan kepada orang-orang
yang taqwa...” (Ar-Ra’d: 35).
Di dalam ilmu adab (sastra), matsal,
diartikan dengan: “Suatu perkataan yang dihikayatkan dan sudah berkembang
yang dimaksudkan dari menyerupakan keadaan orang yang dihikayatkan padanya
dengan keadaan orang yang matsal itu dibicarakan.”
Seperti:
ربّ رمية من غير رام
“yakni:
berapa banyak bidikan yang tepat yang terjadi dari seorang pelempar (lemparan
yang tepat) yang biasanya tidak tepat lemparannya.”
Orang yang mula-mula menyebut matsal
ini ialah Al-Hakam ibn Yaghus yang membuat suatu perumpamaan bagi orang yang
biasanya tidak tepat lemparannya, yang sesekali tepat lemparannya. Menurut ini
haruslah ada lebih dahulu sesuatu yang dengan dialah diserupakan yang lain.
Tetapi Amtsalul Qur’an tidak memerlukan yang demikian.
Adapun matsal atau amtsal dalam
al-Qur'an sebagaitnana pendapat Abd. Ar-Rahman Hasan al-Maidani adalah
pcnyebutan satu contoh atau lebih untuk menggambarkan sesuatu yang
bermacam-macam, baik berupa perbuatan atau ketetapan Allah dengan memperhatikan
adanya unsur persamaan yang ada.
Ibn al-Qayyim mengatakan bahwa matsal
dalam al-Qur'an adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu dalam hukumnya,
dan mendekatkan sesuatu yang abstrak dalam bentuk kongkrit, atau sesuatu yang
kongkrit dengan sesuatu yang kongkrit.
B.
Karakteristik amtsal al-qur’an
Adapun alat
penyerupaan yang terkandung dalam Al-qur’an, sebagaimana diterangkan oleh Moh.
Chaziq Charisma dalam bukunya tiga aspek kemukjizatan Al-qur’an, adalah
menggunakan hal-hal berikut:
1. Menggunakan kaf (ك),
seperti dalam surat al-Qoriah ayat 4-5
tPöqtƒ ãbqä3tƒ â¨$¨Y9$# ĸ#txÿø9$$Ÿ2 Ï^qèZ÷6yJø9$# . ãbqä3s?ur ãA$t6Éfø9$# Ç`ôgÏèø9$$Ÿ2 Â\qàÿZyJø9$#
“ Pada hari itu manusia
adalah seperti anai-anai yang bertebaran (4), Dan gunung-gunung adalah seperti
bulu yang dihambur-hamburkan”.
- Menggunakan كانّ, seperti dalam surat al-Qomar ayat 7-8
$·è¤±äz óOèdã»|Áö/r&
tbqã_ãøs
z`ÏB
Ï^#y÷`F{$#
öNåk¨Xr(x.
×#ty_
×ųtFZB
ÇÐÈ tûüÏèÏÜôgB
n<Î)
Æí#¤$!$#
( ãAqà)t
tbrãÏÿ»s3ø9$#
#x»yd
îPöqt
×Å£tã
ÇÑÈ
“
Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan
mereka belalang yang beterbangan, (7), Mereka datang dengan cepat kepada
penyeru itu. orang-orang kafir berkata: "Ini adalah hari yang
berat.(8)"
- Menggunakan kalimat fi’il yang menggunakan makna tasybeh. Seperti dalam surat al-Insan ayat 19.
ß$qäÜtƒur öNÍköŽn=tã ×bºt$ø!Ír tbrà$©#sƒ’C #sŒÎ) öNåktJ÷ƒr&u‘ öNåktJö6Å¡ym #Zsä9÷sä9 #Y‘qèVZ¨B
“Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. apabila
kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.”
- Dengan membuang alat tasybeh dan wajah syibehnya. Seperti dalam surat an-Naba’ ayat 10.
$uZù=yèy_ur Ÿ@ø‹©9$# $U™$t7Ï9
“Dan kami jadikan malam sebagai pakaian”
C.
Macam-macam amtsal al-qur’an
Amtsal dalam Al-Qur’an ada 3 mcam:[2]
1. Al-amtsal al-musharrahah,
yaitu yang ditegaskan di dalamnya lafal matsal atau yang menunjuk
kepada tasybih. Seperti yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 261:
ã@sW¨B tûïÏ%©!$#
tbqà)ÏÿZã
óOßgs9ºuqøBr&
Îû
È@Î6y
«!$#
È@sVyJx.
>p¬6ym
ôMtFu;/Rr&
yìö7y
@Î/$uZy
Îû
Èe@ä.
7's#ç7/Yß
èps($ÏiB
7p¬6ym
3 ª!$#ur
ß#Ïè»Òã
`yJÏ9
âä!$t±o
3 ª!$#ur
ììźur
íOÎ=tæ
ÇËÏÊÈ
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
2. Al-amtsal al-kaaminah,
yaitu perumpamaan yang tidak tidak ditegaskan lafal tamsil. Tetapi dia
menunjuk kepada beberapa makna yang indah yang mempunyai tekanan apabila ia dipindahkan kepada yang
menyerupainya. Para ulama telah membuat contoh tentang amtsal ini dengan
beberapa perumpamaan.
·
Diantaranya ayat yang senada dengan perkataan: خَيْرُ الْأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا [“Sebaik-baiknya urusan (perkara) adalah yang seimbang (tengah-tengah)”]. Ialah
firman Allah:
…إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا
فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ…الأية
Artinya: “…bahwa
sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan
antara itu…” (Al-Baqarah: 68).
·
Dan yang
senada dengan perkataan: ليس الخبر كالمعاينة (“Berita itu tidak sama dengan
kenyataan.”). ialah firman Allah swt:
tA$s%....
öNs9urr&
`ÏB÷sè?
( tA$s%
4n?t/
`Å3»s9ur
£`ͳyJôÜuÏj9
ÓÉ<ù=s%
( .....
“...Dan apakah engkau belum beriman (percaya)? Ibrahim
bertanya: Saya percaya, akan etapi agar bertambah tetap hati saya...”
(Al-Baqarah:260).
·
Dan yang
senada dengan perkataan: كما تدين تدان (“Sebagaimana
engkau lakukan terhadap orang lain, begitulah dilakukan terhadap engkau.”).
ialah firman Allah:
`tB....
ö@yJ÷èt
#[äþqß
tøgä
¾ÏmÎ/
....
“...Barang
siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalasnya dengan kejahatannya
itu...” (An-Nisa’:123).
·
Dan yang
senada dengan perkataan: لا يلدغ المؤمن فى حجر مرّتين (“Tiadalah seorang mukmin
masuk kedalam lobang binatang buas sampai dua kali.”). Ialah firman Allah
swt:
tA$s% ö@yd
öNä3ãYtB#uä
Ïmøn=tã
wÎ)
!$yJ2
öNä3çGYÏBr&
#n?tã
ÏmÅzr&
`ÏB
ã@ö6s%
( ....
“Ya’kub
berkata:Tidaklah aku mempercayakanya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku
telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepadamu dahulu...”(Yusuf:64).
3. Al-amtsal al-mursalah, yaitu kalimat-kalimat yang disebut secara
terlepas tanpa ditegaskan lafal tasybih. Tetapi dapat dipergunakan untuk
tasybih. Contohnya seperti dalam surat Yusuf ayat 51:
…قَالَتِ امْرَأَةُ
الْعَزِيزِ الْآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ…الأية
Artinya: “…Berkata isteri Al-Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu…”
Begitu juga pada surat al-Baqarah ayat 216:
…وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا
شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ
لَكُمْ…الأية
Artinya: “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu…”
D.
Penggunaan Amtsal Dalam Al-Qur’an
Ketika Al-Qur’an menjelaskan keesaan Tuhan dan orang-orang yang mengesakan Tuhan, tentang
kemusyrikan dan orang-orang yang musyrik, tentang sikap dan kenyataan-kenyataan
yang akan dihadapi dan dialami orang-orang bertauhid dan yang musyrik, serta
mengenai perbuatan-perbuatan mulia pada umumnya. Hal-hal abstrak tersebut
diungkapkan melalui perumpamaan yang bersifat konkret (hissi).[3] Tentang
pengetahuan dan wahyu misalnya, diumpamakan Al-Qur’an diturunkan Allah seperti
air hujan dari lain, sedangkan hati dan jiwa manusiaa yang menerima wahyu
tersebut diumpamakan bumi dan lembah-lembah. Sementara fungsi wahyu bagi hati
manusia diumpamakan hujan dalam menyuburkan tanah.
Contoh perumpamaan Al-Qur’an lain ialah untuk kalimat
tayyibah (kalimat yang baik: tauhid) sebagai pohon pohon yang baik.[4]
öNs9r& ts?
y#øx.
z>uÑ
ª!$#
WxsWtB
ZpyJÎ=x.
Zpt6ÍhsÛ
;otyft±x.
Bpt7ÍhsÛ
$ygè=ô¹r&
×MÎ/$rO
$ygããösùur
Îû
Ïä!$yJ¡¡9$#
ÇËÍÈ þÎA÷sè?
$ygn=à2é&
¨@ä.
¤ûüÏm
ÈbøÎ*Î/
$ygÎn/u
3 .......
“Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan ‘kalimat yang baik’ seperti pohon yang baik, akarnya teguh
dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu menghasilkan buah terus menerus
dengan seizin Allah.....” (Ibrahim: 24-25).
Sebaliknya, lemahnya keyakinan syirik diumpamakan Al-Qur’an
dengan laba-laba yang sedang membuat sarang. “Perumpamaan orang yang
mengambil pelindung –pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang
membuat rumah; dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba,
kalau mereka mengetahui. (Al-Ankabut: 41).
Disamping itu,
dalam surat Al-Hajj ayat 31, Allah
mengumpamakan orang-orang musyrik dengan orang yang jatuh dari langit, lalu
mereka disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.
Contoh matsal lain Al-Quran, misalnya adalah mengumpamakan
amal perbuatan manusia dengan kebun-kebun.[5] Adapun
amal orang-orang yang beriman diumpakan sebagai kebun-kebun subur yang lebat
buahnya. Pemilik kebun itu terus menerus mendapatkan hasil, dan hatinya damai serta
tidak cemas terhadap terhentinya hasil kebun.
Sebab ia yakin
bahwa kebun itu akan dipelihara dan dijaga Tuhan. Sedangkan bagi penyekutu Tuhan, amalan mereka diumpamakan sebagai debu
yang ditiup topan pada hari berangin kencang. Sedikitpun mereka tak dapat
memanfaatkan amal itu.[6]
Amal orang-orang kafir diumpamakan pula seperti fatamorgana.
“Dan orang-orang yang kafir, amal mereka ibarat fatamorgana di tanah yang
datar. Orang yang kehausan menyangka di sana ada air, tetapi ketika ia
mendatanginya, ia tidak menemukan apapun di situ. (An-Nur: 39).
Sedangkan mengenai orang-orang munafik, Al-Qur’an membuat
perumpamaan seperti keadaan orang yang berada dalam kegelapan, atau seperti
orang yang di timpa hujan lebat.[7]
E.
Fungsi dan Urgensi Amtsal Al-Qur’an
Allah banyak menyebut amtsal di dalam
Al-Qur’an untuk pengajaran dan peringatan.[8]
Allah swt. Berfirman:
ôs)s9ur
$oYö/uÑ
Ĩ$¨Y=Ï9
Îû
#x»yd
Èb#uäöà)ø9$#
`ÏB
Èe@ä.
9@sWtB
öNßg¯=yè©9
tbrã©.xtGt
ÇËÐÈ
“Dan sungguh telah kami buat untuk manusia
dalam Al-Qur’an ini berbagai macam rupa matsal. Mudah-mudahan mereka mengambil pengajaran
dari padanya.” (Az-Zumar:27).
ù=Ï?ur
ã@»sVøBF{$#
$ygç/ÎôØnS
Ĩ$¨Z=Ï9
( $tBur
!$ygè=É)÷èt
wÎ)
tbqßJÎ=»yèø9$#
ÇÍÌÈ
“Itulah matsal-matsal yang kami buat untuk
manusia dan tidaklah dapat dipahamkan matsal-matsal itu melainkan oleh orang-orang
yang berilmu.” (Al-Ankabut:43).
Diantara faedah-faedah amtsal, ialah:[9]
1.
Melahirkan sesuatu yang dapat dipahami dengan akal dalam bentuk
rupa yang dapat dirasakan oleh panca indera, lalu mudah diterima oleh akal,
lantaran makna-makna yang dapat dipahamkan dengan akal tidaklah tetap di dalam
ingatan, terkecuali apabila dituang dalam bentuk yang dapat dirasakan yang
dekat kepada paham.
2.
Mengungkap hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang jauh dari
pikiran seperti mengemukakan sesuatu yang dekat dengan pikiran.
3.
Mengumpulkan makna yang indah dalam suatu ibarat yang pendek.
F.
Perbedaan amtsal dan qashash
1.
Secara bahasa amtsal berarti perumpamaan-perumpamaan yang terdapat
dalam Al-Qur’an, adakalanya menggunakan lafal مثل
ataupun lafal ك atau كانّ.
Sedangkan qashash adalah semua kisah-kisah atau peristiwa-peristiwa yang ada
dalam Al-Qur’an; baik yang telah lalu, masa kini dan juga masa yang akan datang.
2.
Amtsal menggunakan bentuk
ungkapan perkataan (majaz) yang dikemukakan dengan maksud menyerupakan keadaan,
sifat sesuatu obyek dengan sesuatu yang dijadikan perumpamaannya.
3.
Qashash adalah peristiwa sedangkan amtsal terjadi setelah adanya
peristiwa. Jadi adakalanya amtsal itu adalah bagian dari qashash. Namun tidak
semua qashash diikuti dengan amtsal.
G.Hubungan amtsal dengan kisah dalam al-qur’an
1.
Sama-sama terdapat dalam Al-Qur’an.
2.
Bertujuan sebagai media dakwah Rasulullah saw dan sebagai bukti
kemu’jizatan Nabi Muhammad saw.
3. Amtsal dan
qashash Al-Qur’an digunakan
untuk mengantisipasi kesiapan jiwa setiap individu dalam menerima kebenaran
ajaran al-Qur'an. Sebab dalam mengapresiasi pesan al-Qur'an tersebut terdapat
kecenderungan yang berbeda-beda. Ada orang yang mudah menerima pesan yang
disampaikan dan ada juga yang sulit untuk menerimanya, bahkan ada juga yang
enggan menerima kebenaran ajaran al-Qur'an.
[1] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an,
Ilmu-ilmu Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an. (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2002), 177.
[2] Ibid. Hlm.179-181.
[3] Drs. Abd. Rahman Dahlan, M.A. Kaidah-Kaidah Penafsiran Al-Qur’an, (Bandung:
Mizan, 1998), 156
[4] Ibid. Hlm.158.
[5] Ibid. Hlm 161.
[6] Lihat QS Ibrahim ayat 18.
[7] Lihat QS Al-Baqarah ayat 17 dan ayat 19.
[8] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op.Cit. Hlm.178.
[9] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar