Minggu, 29 Maret 2015

Makalah AQSAM AL-QUR’AN



AQSAM AL-QUR’AN
 
A. Pengertian Aqsam Al-Qur’an
         Aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti alhilf dan al-yamin, yakni sumpah. Shigat asli qasam ialah fi’il atau kata kerja “aqsama” atau “ahlafa” yang di-muta’addi (transitifkan) dengan “ba” menjadi muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), kemudian muqsam ‘alaih, yang dinamakan jawab qasam.[1] Seperti firman Allah swt:
(#qßJ|¡ø%r&ur «!$$Î/ yôgy_ öNÎgÏZ»yJ÷ƒr&   Ÿw ß]yèö7tƒ ª!$# `tB ßNqßJtƒ 4
“Mereka bersumpah dengan nama Allah, dengan sumpah yang sungguh-sungguh, bahwasanya Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.” (An-Nahl:38).
        
B. Perbedaan Aqsam Al-Qur’an Dengan Sumpah Manusia
         Selain bersumpah dengan zat-Nya, di dalam Al-Qur’an, Tuhan pun bersumpah dengan menggunakan sebagian dari makhluk-Nya sebagai obyek-obyek sumpah, seperti waktu, tempat, Al-Qur’an, dan benda-benda tertentu. Jika yang menggunakan sumpah (al-muqsim) adalah manusia, maka sumpah yang menggunakan obyek makhluk Tuhan, terlarang, karena bisa membawa pada kekufuran atau kemusyrikan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menegaskan : “Barang siapa yang bersumpah dengan (menyebut) selain Allah, maka ia musyrik.” Atas dasar hadits tersebut, di dalam bersumpah, seseorang dilarang menyebutkan muqsam bih selain Allah SWT.
            Seperti dijelaskan sebelumnya, manusia biasanya bersumpah dengan sesuatu yang diagungkan dan dihormati, yakni sesuatu yang membuatnya bisa ditimpa suatu akibat buruk apabila ia melanggar sumpahnya. Hal itu tidak mungkin terjadi pada sumpah-sumpah Tuhan. Dengan sumpah-Nya Tuhan tidak akan menerima akibat apa pun.

C. Unsur-Unsur Pokok Di Dalam Aqsam Al-Qur’an
         Ada 3 unsur dalam shighat qasam (sumpah): fi’il yang ditransitifkan dengan “ب”, muqsam bih dan muqsam ‘alaih.[2]
         Oleh karena qasam itu sering dipergunakan dalam percakapan  maka ia ringkas, yaitu fi’il qasam dihilangkan dan dicukupkan dengan “ba”. Kemudian “ba” pun diganti dengan “wawu” pada isim zhahir, seperti:
È@ø©9$#ur #sŒÎ) 4Óy´øótƒ ÇÊÈ      
“Demi malam, bila menutupi (cahaya siang).” (Al-Lail:1).
     Dan di ganti dengan “ta” pada lafazh jalalah, misalnya:
«!$$s?ur ¨byÅ2V{ /ä3yJ»uZô¹r& y÷èt/ br& (#q9uqè? tûï̍Î/ôãB ÇÎÐÈ  
 “Demi Allah,sesunguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu.”  (Al-Anbiya’: 57).
            Namun qasam dengan “ta” ini jarang dipergunakan, sedang yang banyak ialah dengan “wawu”.[3]

D. Macam-Macam Aqsam Al-Qur’an Dan Perbedaannya
                 Qasam adakalanya nampak secara jelas, tegas dan adakalanya tidak jelas (tersirat).[4]
1.   Zhahir, ialah sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih. Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi’il qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf jar berupa “ba”, “wawu” dan “ta”. Dan ada juga yang didahului “la nafy”, seperti:
Iw ãNÅ¡ø%é& ÏQöquÎ/ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# ÇÊÈ   Iwur ãNÅ¡ø%é& ħøÿ¨Z9$$Î/ ÏptB#§q¯=9$# ÇËÈ  
“Tidak sekali-kali, Aku bersumpah dengan hari kayamat. Dan tidak sekali-kali, aku bersumpah dengan dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).” (Al-Qiyamah:1-2).
              Sebagian ulama’ mengatakan, “la” di dua tempat ini adalah “la nafy”, untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan konteks sumpah. Dan misalnya adalah : “Tidak benar apa yang kamu sangka, bahwa hisab dan siksa itu tidak ada.”
 Kemudian baru dilanjutkan dengan kalimat berikutnya: “Aku bersumpah dengan hari kiyamat dan dengan nafsu lawwamah, bahwa kamu kelak akan dibangkitkan.”
              Ada pula yang mengatakan pula bahwa “la” tersebut untuk menafikan qasam, seakan-akan Ia mengatakan: “Aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan nafsu itu. Tetapi aku bertanya kepadamu tanpa sumpah, apakah kamu mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangmu setelah hancur berantakan karena kematian?”. Masalahnya sudah amat jelas, sehingga tidak lagi memerlukan sumpah.
              Tetapi juga ada yang berpendapat bahwa “la” tersebut za’idah (tambahan). Jawaban qasam dalam ayat di atas tidak disebutkan, indikasinya adalah ayat sesudahnya (Al-Qiyamah ayat 3). Penjelasannya ialah “Sungguh kamu akan dibangkitkan dan akan dihisab.”
2.   Mudhmar
       Yaitu yang didalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh “lam taukid” yang masuk ke dalam jawab qasam, seperti firman Allah:
* žcâqn=ö7çFs9 þÎû öNà6Ï9ºuqøBr& öNà6Å¡àÿRr&ur
“kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.” (Ali Imran:186).
Maksudnya: Demi Allah kamu sungguh-sungguh akan diuji.



E.  Perbedaan Al-Muqsam Bih Dan Al-Muqsam ‘Alaih Dalam Al-Qur’an
1. Muqsam Bih
          Yaitu lafadz yang terletak sesudah adat qasam (sighat yang digunkan untuk menunjukkan qasam, baik dalam bentuk fi’il maupun huruf seperti ba, ta, dan wawu sebagai pengganti fi’il qasam) yang dijadikan sebagai sandaran dalam bersumpah yang juga disebut sebagai syarat. Muqsam bih atau mahluf bih maksudnya adalah sesuatu yang dengannya sumpah dilakukan. Misalnya Allah bersumpah dengan Allah sendiri atau dengan sebagian makhluk-Nya.
       Allah dalam al-Qur’an bersumpah dengan zat-Nya sendiri Yang Maha Suci atau dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya Yang Maha Besar.[5]
Contoh: Allah bersumpah dengan dzatnya sendiri:
zNtãy tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. br& `©9 (#qèVyèö7ム4 ö@è% 4n?t/ În1uur £`èVyèö6çGs9 §NèO ¨bàs¬7t^çGs9 $yJÎ/ ÷Läêù=ÏHxå 4 y7Ï9ºsŒur n?tã «!$# ׎Å¡o ÇÐÈ  
”Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku benar-benar engkau akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Thaghobun:7).
          Allah bersumpah dengan makhluk-Nya, karena makhluk itu menunjukkan pada Pencipta-Nya, yaitu Allah di samping menunjukkan pula akan keutamaan dan kemanfaatan makluk tersebut, agar dijadikan pelajaran bagi manusia.
Contoh:
 Ä§÷K¤±9$#ur $yg8ptéÏur ÇÊÈ  
“Demi matahari dan cahanya di pagi hari.” (Asy-Syams:1).

2.  Muqsam ‘Alaih
          Muqsam ‘alaih adalah bentuk jawaban dari syarat yang telah disebutkan sebelumnya (muqsam bih). Posisi Muqsam ‘alaih terkadang bisa menjadi taukid, sebagai jawaban qasam. Karena yang dikehendaki dengan qasam adalah untuk mentaukidimuqsam ‘alaih dan mentahkikannya.
Jawab qasam, terkadang-kadang disebut dengan tegas dan inilah yang banyak. Dan terkadang-kadang dibuang jawab qasam, sebagaimana sering dibuang jawab “lau”,[6] seperti firman Allah:
žxx. öqs9 tbqßJn=÷ès? zNù=Ïæ ÈûüÉ)uø9$# ÇÎÈ  
”Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin”.(At-Takatsur:5).
              Penghilangan seperti ini merupakan bentuk/uslub penghilangan yang paling baik, sebab menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya. Dan takdir ayat ini adalah: “Seandainya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi secara yakin, tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tidak terlukiskan banyaknya”.
Penghilangan jawab qasam, misalnya:
̍ôfxÿø9$#ur ÇÊÈ   @A$us9ur 9Žô³tã ÇËÈ   Æìøÿ¤±9$#ur ̍ø?uqø9$#ur ÇÌÈ  
“ Demi fajar, dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil.”(Al-Fajr:1-3).
Jawab qasam terkadang dihilangkan karena sudah ditunjukkan oleh perkataan yang disebutkan sesudahnya seperti:
ÏM»n=yößJø9$#ur $]ùóãã ÇÊÈ   ÏM»xÿÅÁ»yèø9$$sù $ZÿóÁtã ÇËÈ  
“Tidak aku bersumpah dengan hari kiamat dan tidak aku bersumpah dengan jiwa yang banyak mencela”.(Al-Mursalaat:1-2).
Jawab qasam disini sudah dihilangkan karena sudah ditunjukkan oleh firman sesudahnya yaitu:
Ü=|¡øtsr& ß`»|¡RM}$# `©9r& yìyJøgªU ¼çmtB$sàÏã ÇÌÈ  
“Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan menggumpulkan kembali tulang belulangnya?”(Al-Qiyamah:3).
Takdirnya adalah : Sungguh kamu akan dibangkitkan dan dihisab.
Untuk fi’il madli yang muttasharif yang tidak didahului ma’mul, maka jawab qasamnya sering kali menggunakan “lam” atau “qad”
Contoh: “Dan sessungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya”.

F.  Macam-Macam Al-Muqsam ‘Alaih Dalam Al-Qur’an
         Di dalam Qur’an terdapat dua muqsam ‘alaih, yaitu yang disebutkan secara tegas atau dibuang.
         Jenis yang pertama terdapat dalam ayat-ayat sebagai berikut:
ÏM»tƒÍº©%!$#ur #YrösŒ ÇÊÈ   ÏM»n=ÏJ»ptø:$$sù #\ø%Ír ÇËÈ   ÏM»tƒÌ»pgø:$$sù #ZŽô£ç ÇÌÈ   ÏM»yJÅb¡s)ßJø9$$sù #·øBr& ÇÍÈ   $oÿ©VÎ) tbrßtãqè? ×-ÏŠ$|Ás9 ÇÎÈ   ¨bÎ)ur tûïÏe$!$# ÓìÏ%ºuqs9 ÇÏÈ  
“Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.dan awan yang mengandung hujan, dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah, dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan, Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan Sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi.” (QS. Adz-Dzariyat: 1-6).
Jenis kedua muqsam ‘alaih atau jawab qasam dihilangkan/dibuang karena alasan sebagai berikut:
Pertama, di dalam muqsam bih nya sudah terkandung makna muqsam ‘alaih.
Kedua, qasam tidak memerlukan jawaban karena sudah dapat dipahami dari redaksi ayat dalam surat yang terdapat dalam al-Qur’an. Contoh jenis ini dapat dilihat mislanya dalam ayat yang berbunyi: : Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap).” (QS. Ad-Dhuha: 1-2).

G. Fungsi dan Urgensi Aqsam Al-Qur’an
         Qasam adalah penta’kidan yang terkenal untuk menekankan kebenaran apa yang kita sebut. Al-Qur’an diturunkan untuk segenap manusia yang menanggapi Al-Qur’an dengan bermacam-macam keadaan. Ada yang ragu-ragu, ada yang menolak, ada yang sangat menantang, maka dikuatkan dengan sumpah, adalah untuk menghilangkan keragu-raguan itu.[7]
1.   Menurut syaikh manna’ al-qaththan: Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa.[8]
2.   Menurut As-Sayuthi: Al-­Qur’ an diturunkan dalam bahasa Arab, sedangkan kebiasaan bangsa Arab (ketika itu) menggunakan al-qasam ketika menguatkan atau menyakinkan suatu persoalan.
3.   Menurut Abu al-Qasim al-Qusyairi: Al-qasam dalam al­-Qur’an untuk menyempumakan dan menguatkan argumentasi (hujjah). Dia beralasan untuk memperkuat argumentasi itu bisa dengan kesaksian (syahadah) dan sumpah (al-qasam). Sehingga tidak ada lagi yang bisa membantah argumentasi tersebut.



[1] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (jakarta: pustaka al-kautsar, 2011), cet.keenam, hlm.364.
[2] Ibid.
[3] Ibid. Hlm.365.
[4] Ibid. Hlm.368.
[5] Teungku Muhammad hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur-an_Ilmu-ilmu Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), 184.
[6] Ibid.Hlm.186.
[7] Ibid. Hlm.184.
[8] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Op.Cit. Hlm.366.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Merit Casino - Deccasino Casino
    Merit Casino. Merit Casino offers a variety worrione of games and the fastest payouts at a licensed 메리트 카지노 online casino. The software provider 샌즈카지노 offers an excellent selection

    BalasHapus